Wednesday, December 12, 2012

RIJ 1965-1985 2C Latar Belakang Regional


C. Latar Belakang Regional

Mengingat ukuran-ukuran, arti dan fungsi dari kota Jakarta maka untuk maksud-maksud perencanaannya kita tidak mungkin meninjaunya dari lingkungan yang sempit saja; tetapi mutlak harus meninjau dari lingkungan-lingkungan yang luas pula sesuai dengan sifat-sifat dan masa depannya.

Jakarta sebagai kota internasional
posisi Indonesia.

Indonesia merupakan posisi silang antar benua dan samudra yang sudah barang tentu memegang peranan dalam hubungan Internasional, baik dalam bidang politik maupun ekonominya.

Sedangkan Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, merupakan pusat segala kegiatan dan segala penggarisan dasar yang harus dirintis, dan dilaksanakan oleh setiap daerah. Jadi dalam kedudukan Indonesia sebagai posisi silang antara benua dan samudera, kota Jakarta sebagai Ibukota memegang peranan yang penting.

Kegiatan-kegiatan dunia

Sejarah membuktikan bahwa peranan-peranan ekonomi dan politik nasional berpusatkan di Jakarta sejak lama, terutama sesudah berakhirnya Perang Dunia II.

Pada tahun-tahun sebelum Perang Dunia II Indonesia lebih banyak melakukan peranannya dalam perdagangan Internasional, dan Jakarta merupakan pusat administrasi bagi Indonesia.

Dengan berakhirnya Perang Dunia II dan Indonesia mencapai kemerdekaannya mulailah gerak perkembangan politik di Asia dan Afrika lebih maju lagi, dan Indonesia merupakan salah satu yang aktip dari negara-negara Asia dan Afrika tersebut.

Percaturan politik internasional tidak hanya disalurkan melalui konperensi-konperensi dan diplomasi saja, tetapi juga ditanamkan melalui Olah-raga, Kesenian dan sebagainya.

Perlengkapan-perlengkapan

Sudah barang tentu untuk maksud-maksud tujuan sebagai diuraikan diatas, Jakarta sebagai suatu kota harus menyiapkan segala fasilitas untuk kepentingan-kepentingan tersebut.

Telah dibangun di Jakarta suatu kompleks raksasa pusat olah-raga Gelora Bung Karno yang telah memberikan sahamnya dalam menciptakan pertemuan-pertemuan olahraga Internasional seperti Asian Games, Ganefo dan lain-lainnya.

Disamping penggunaannya seperti yang disebut diatas, juga dapat dipergunakan untuk kepentingan Nasional, dan Kota Jakarta sendiri.

Perhotelan dan fasilitas-fasilitas pemubungan juga merupakan salah satu masalah yang harus dipecahkan dalam rangka tersebut.

Kini Jakarta telah mempunyai hotel-hotel Internasional, disamping itu pula kita menyiapkan pertokoan-pertokoan, yang bersifat Internasional.

Perhubungan udara Internasional sementara ini ditampung di lapangan terbang Kemayoran yang sedang disempurnakan. Dalam perencanaan kemudian akan dibangun yang baru di Kamal Tangerang.

Sedangkan perhubungan lalu-lintas laut Internasional di tampung melalui Pelabuhan Tanjung Priok.

Perlengkapan kota yang tersedia disamping digunakan untuk kelancaran Politik Internasional Pemerintah Indonesia menjalankan fungsi yang juga tidak kurang pentingnya dalam persoalan Internasional, ialah Ekonomi dan Perdagangan.

Priok merupakan pelabuhan laut yang terbesar di Indonesia dengan perlengkapan-perlengkapan yang lebih sempurna dari pelabuhan-pelabuhan didaerah lain. Sudah sewajarnya bahwa Priok merupakan Pelabuhan Internasional yang terbaik di Indonesia.

Pelabuhan udara Kemayoran, kini mempunyai perlengkapan-perlengkapan yang terbaik di Indonesia dan memenuhi syarat-syarat penerbangan Internasional. Untuk perkembangan lebih jauh lagi, dimana kini gerak peradaban manusia selalu diimbangi dengan gerak perkembangan teknologi, maka untuk perhubungan udara Internasional akan dibangun pelabuhan udara raksasa dengan perlengkapan-perlengkapan modern di Kamal. Dengan sendirinya pemikiran ini tidak lepas dari pemikiran dasar bahwa Indonesia adalah negara yang besar dan ikut aktip ambil bagian dalam peranan­-peranan Internasional, melalui Ibukotanya Jakarta.

Disamping fasilitas-fasilitas perhubungan Internasional yang bersifat angkutan, juga di Jakarta telah disiapkan secara sempurna dan modern pelengkap-pelengkap, telegrap, telepon, radio/T.V. yang mana telah mulai di buka dalam rangka hubungan-hubungan dengan negara-negara lain.

Dengan siapnya Rencana Induk Kota Jakarta ini diharapkan dapat lebih memenuhi arti Jakarta sebagai kota Internasional dimasa depan, sehingga perkembangan hubungan Internasional baik yang bersifat Ekonomi/Perdagangan maupun Politik akan bertambah lancar.

Jakarta sebagai kota nasional

Terlepas dari fungsi Jakarta sebagai kota Internasional, maka Jakarta sebagai Ibukota negara didalam kerangka nasional merupakan pula "pusat" dari pada beberapa kegiatan yang bersifat nasional.

Pusat politik

Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya bahwa Jakarta telah ditetapkan dengan Undang-undang sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, dengan demikian maka secara langsung Jakarta merupakan kegiatan pemerintahan dan politik.

Sehingga kota inipun akan merupakan sumber penggarisan jalan yang harus dirintis dan diikuti oleh setiap warga negara Indonesia dari seluruh pelosok Tanah Air.

Pusat ekonomi

Disamping pusat kegiatan politik negara, kota Jakartapun mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi. Peranan penentuan ekonomi nasional dan penggarisan politik ekonomi negara ditentukan di Jakarta.

Keadaan-keadaan sekarang telah menunjukkan bahwa Jakarta merupakan pusat dimana barang-barang ekonomi disebarkan keseluruh pelosok negara (daerah negara).

Pusat kultur

Sebagai Ibukota negara, Jakarta merupakan wadah yang dimiliki oleh seluruh warga negara baik yang berasal dari daerah lain maupun yang tinggal disitu.

Suatu kenyataan sebagai telah diketahui bahwa penduduk Jakarta separuhnya berasal dari daerah­-daerah lain di Indonesia, yang masing-masing membawa corak ragam bahasa serta kebiasaannya sendiri-sendiri.

Sifat masyarakat Jakarta dibawakan oleh perkawinan/perpaduan dan berbagai daerah yang berasal dari seluruh pelosok tanahair. Menurut statistik resmi, penduduk asli Jakarta hanya 50% sedangkan selebihnya adalah berasal dari luar (imigirasi). Pemasukan penduduk yang berasal dari luar Jakarta itu disebabkan terutama oleh adanya pusat pemerintahan dan politik, adanya lapangan­-lapangan kerja dan usaha yang lebih baik dari daerah adanya lapangan pendidikan yang lebih luas dan sebagai kenyataan pula, fungsinya Jakarta sebagai "Ibukota".

Keadaan dan daya tarik itu pun membawakan sifat-sifat masyarakat Jakarta yang penuh dinamika dalam gerak usahanya maupun pengembangan kebudayaannya. Lebih tegas lagi bahwa sifat masyarakat Jakarta adalah cermin masyarakat Indonesia keseluruhan.

Suatu masyarakat yang timbul dari persenyawaan-­persenyawaan antar kebudayaan Indonesia sehingga lahirlah kebudayaan dan kehidupan sosial "manusia-manusia Indonesia baru".

Maka dapatah dimengerti bahwa dalam kerangka nasional, Jakarta-pun merupakan pusat pengembangan kebudayaan bangsa.

Perencanaan nasional

Disamping sifat-sirat nasional yang dibawakan oleh kota Jakarta sebagai diuraikan diatas, masih pula kita diikat oleh ketentuan-ketentuan nasional yang bersifat program atau perencanaan atau yang lebih dikenal sebagai Rencana Nasional Semesta.

Pengikatan Rencana Nasional Semesta ini dimaksudkan untuk mengadakan keseimbangan dalam perkembangan berbagai daerah di Indonesia, serta mengatur ketertiban administrasi serta pembangunan negara baik yang bersifat sosial, ekonomi maupun fisik.

Suatu kota tak akan dapat berkembang baik tanpa saling mengisi antara daerah dengan daerah dan bekerja sama dalam segala bidang. Demikian pula Jakarta dalam beberapa hal masih harus menambah potensinya dengan pengisian dan kerja sama dengan daerah-daerah atau kota lain terutama daerah-daerah sekitar Jakarta, misalnya dalam pembangunan industrialisasi.

Membangun Jakarta saja tanpa memikirkan daerah sekitarnya adalah tidak memberikan hasil sebagai yang diharapkan dengan Rencana Induk Kota Jakarta, sehingga dalam hal ini harus ada pembangunan yang sejajar dan seimbang antara pembangunan kota dan daerah.

Jakarta sebagai pusat regional setempat

Terlepas dari pada hubungan-hubungan internasional dan nasional secara keseluruhan, maka Jakarta sebagai suatu kota yang tumbuh (berdiri/dibangun) diatas suatu daerah sudah tentu dalam kehidupan Sosial ekonomi sehari-harinya tidak dapat terpisahkan atau terlepas daripada kehidupan daerah-daerah sekitarnya.

Sebagai kita maklumi Jakarta, dewasa ini merupakan suatu kota yang terbesar dan terbanyak dalam ukuran-ukuran jumlah penduduknya. Sudah tentu hal tersebut menjadikan kota Jakarta sebagai pusat dari pada daerahnya.

Setiap pembangunan-pembangunan dan perubahan-perubahan dari kota Jakarta langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi bahkan beberapa hal akan menentukan pula pembangunan-pembangunan dan kehidupan masyarakat daerahnya.

Khususnya bagi daerah-daerah kabupaten disekitarnya (kabupaten Bogor, Tanggerang dan Bekasi), dimana dewasa ini sudah banyak kali bahwa daerah-daerah ini (kehidupan masyarakatnya) dalam kehidupan sehari-harinya saling bergantungan langsung dengan Jakarta.

Sehingga Jakarta seharusnya tidak saja hanya merupakan suatu kota yang terbesar terpadat penduduknya dan merupakan pusat dari pada daerah, tetapi sekaligus harus pula merupakan "pimpinan langsung" bagi daerah-daerah tersebut terutama dalam hal pembangunan-­pembangunan dan perencanaannya.

Pembangunan-pembangunan yang terpusat hanya dikota Jakarta saja tidak akan membawa perbaikan bagi kota tersebut terutama dalam hal-hal sosial ekonomi kotanya, bahkan sebaliknya Jakarta telah membuat dirinya "sibuk" dan "kewalahan" dalam menghadapi dan menanggulangi segala akibat dari pada terpusatnya pembangunan-pembangunan tersebut.

Maka dari itu dalam melihat hari depan kota ini kita narus mempunyai rencana-rencana ataupun keselaran antara rencana-rencana pembangunan kota dan daerahnya.

Selanjutnya uraian di bawah ini dimaksudkan untuk memberi gambaran mengenai kehidupan daerah baik segi fisik maupun segi-segi sosial ekomominya, hal mana yang telah menjadikan Jakarta sebagai pusatnya.

Juga hal-hal ini menjadi penting didalam pemberian dasar bagi pertimbangan-pertimbangan yang diambil dalam penyusunan Rencana Induk Jakarta : 1965-1985.

Keadaan fisik daerah

Jakarta secara geografis terletak pada suatu dataran rendah yang membujur dari Barat ke Timur sepanjang belahan Utara pulau Jawa.

Sebelah Utara dataran ini langsung dibatasi oleh laut Jawa, sedangkan bagian Selatannya dibatasi oleh pegunungan yang membujur pula dan Barat sampai ke Timur (dari daerah pegunugan di Banten, Bogor sampai kepegunungan Priangan).

Melihat keadaan geografisnya maka beberapa aktivitas peruntukan tanahnya banyak tergantung pada hal tersebut.

Sebelah Barat dan Timur kota kegiatannya adalah pertanian sawah. Sebelah Selatan sedikit dari kota, melihat keadaan lapisan tanahnya baik untuk ditanami perkebunan buah-buahan. Sedangkan jauh ke selatan lagi pada lereng-lereng pegunungan kita sudah mendapatkan banyak perkebunan-perkebunan besar (perkebunan teh, karet dsb.).

Pola perhubungan daerah

Tidak terlepas dari keadaan geografis diatas maka perhubungan antar daerah dengan Jakarta dapat dibagi dalam tiga macam, yakni hubungan jalan raya, hubungan kereta api dan hubungan laut (dalam hal ini termasuk pula hubungan udara).

Disamping itu (keadaan geografis) sekaligus menjadikan Jakarta sebagai "breakpoint" antara hubungan darat kedarat (khususnya kereta api), darat-laut (hubungan dengan pulau-pulau atau negara lain), darat-udara ataupun sebaliknya.

Sudah tentu adanya "break-point" tersebut bagi Jakarta membawa beberapa keuntungan disamping beberapa konsekwensinya, terutama dalam pola-pola lalu lintas/komunikasi didalam kota sendiri.

Adanya pola hubungan yang baik akan membawa pengaruh untuk lebih mempererat lagi hubungan-hubungan/pengaruh-pengaruh langsung dari Jakarta terhadap daerah-daerah sekitarnya (kabupaten Bogor, Tanggerang dan Bekasi), apalagi seluruh saluran-saluran tersebut melalui ketiga daerah itu.

Kita bisa melihat banyaknya orang-orang yang secara periodik datang ke Jakarta baik untuk berdagang (menjual hasil-hasil pertaniannya seperti sayur dsb.) ataupun untuk bekerja (banyak orang yang tinggal di Bogor tetapi bekerja di Jakarta).

Juga pola ini memberikan kesemptan adanya pergerakan-­pergerakan penduduk menuju Jakarta secara musiman (biasanya sambil menunggu panen banyak orang pedusunan yang mencari pekerjaan tambahan dikota).

Sedang jalan-jalan kecil yang menuju pedalaman-­pedalaman Jakarta banyak digunakan untuk mengalirkan hasil-hasil bumi penduduk setempat kepasaran di Jakarta (buah-buahan, sayur) disamping bagi pengangkutan bahan-bahan bangunan (batu, kerikil, pasar. kapuli dsb.)

Pada dewasa ini fasilitas transport kedaerah-daerah kecil semacam ini masih banyak yang kurang memuaskan.

Penduduk dan kehidupan sosial ekonominya

Dalam mengupas masalah ini maka perlu untuk meninjaunya secara satu persatu sebagai berikut:

Kesukuan

Dalam daerah ini kita tidak banyak menjumpai banyak suku-suku bangsa kecuali sebagian besar penduduk terdiri dari suku Sunda dan Jakarta.

Tetapi kota Jakarta sendiri dewasa ini sudah merupakan kumpulan dari berbagai suku dari seluruh pelosok tanah air dimana persenyawaan-persenyawaan diantaranya telah banyak terjadi dan hal ini telah melahirkan satu generasi baru yaitu suatu masyarakat Indonesia baru.

Adanya persenyawaan-persenyawaan ini telah mulai pula pengaruhnya didaerah-daerah terutama didaerah sekitar Jakarta yang mempunyai hubungan langsung dengan Jakarta. Hal-hal ini akan berngaruh pula pada kebutuhan­kebutuhan dan sifat-sifat yang dibutuhkan dalam penyusunan pola-pola lingkungan hidupnya.

Urbanisasi

Kenaikan penduduk kota dewasa ini yang begitu cepat dan besar disebabkan tidak saja oleh kenaikan alam (natural increase) yaitu banyaknya kelahiran dikurangi kematian, tetapi lebih dari separuhnya adalah karena urbanisasi, yakni aliran-aliran penduduk yang datang membanjiri kota.

Urbanisasi sendiri disebabkan karena banyak alasan. Kalau dahulu faktor-faktor keamanan didaerah-daerah yang tidak bisa menjamin kehidupan penduduk dipedusunan, maka dewasa ini alasan-alasan mereka lebih banyak ditekankan pada alasan-alasan ekonomi dan sosial.

Sebagian golongan penduduk masih ada yang menganggap bahwa kota adalah merupakan "simbol" dari pada segala kemakmuran dan kemajuan, tetapi sebagian besar lagi menganggap bahwa adanya bermacam-macam pekerjaan dikota yang "sepintas lalu sangat menarik" dan dapat memberi harapan untuk kenaikan taraf penghidupannya (dibandingkan dengan didesa-desa) menyebabkan mereka pergi kekota untuk tujuan tersebut.

Bagi kota sendiri, urbanisasi ini selain secara langsung menentukan dalam kenaikan jumlah penduduknya, juga menimbulkan beberapa persoalan yang dianggap serius.

Dari suatu masyarakat yang tadinya hidup dalam suasana rukun dalam kelompoknya yang intim didesa-desa, sesampainya dikota tentu saja tidak segera dapat menyesuaikan dirinya dengan kehidupan kota yang penuh kesibukan.

Hal tersebut menimbulkan masalah dan tekanan-­tekanan yang berat bagi pendatang-pendatang baru itu, apalagi setelah diketahui bahwa pendatang-pendatang tersebut adalah sebagian besar terdiri dari petani ataupun pekerja-pekerja kasar yang justru akan mencari nafkah. Persaingan dalam lapangan kerja atau sebab­sebab sosial ekonomi lainnya yang tidak dapat diduga sewaktu mereka masih berada didesa-desa, menimbulkan masalah-masalah gelandangan, kejahatan ataupun kemerosotan susila.

Secara fisik hal-hal diatas tidak jarang menimbulkan banyak rumah-rumah liar ataupun daerah-daerah bobrok (slums) yang secara keseluruhan akan mengganggu keindahan, ketertiban maupun keamanan kota.

Belum lagi mengingat bahwa daerah-daerah semacam itu akan mudah menimbulkan kebakaran-kebakaran ataupun wabah-wabah penyakit.

Dalam penyusunan Rencana Induk Kota Jakarta ini sudah tentu hal-hal tadi menjadi pusat peneropongannya.

Kehidupan ekonomi penduduk

Kehidupan ekonomi penduduk tidak terlepas dari pada keadaan geografi daerahnya. Seperti juga telah diuraikan diatas, maka hal tersebut menimbulkan aktivitas-­aktivitas pertanian yang berlain-lainan.

Bagi daerah sebelah Timur Kota (Bekasi), mata kehidupan utama adalah dari persawahan. Apalagi dengan selesainya waduk atau proyek "serbaguna" Jatiluhur pada waktu akan datang ini, akan lebih mendorong pada usaha­usaha intensifikasi dari pada usaha-usaha persawahan khususnya dan juga pertanian umumnya (perikanan).

Sementara itu disamping usaha-usaha pokok pada persawahan, maka akibat keadaan fisik lapisan tanahnya, banyak diusahakan bahan-bahan bangunan dari tanah liat (genteng, bata).

Dewasa ini usaha tersebut masih dijalankan dengan cara-cara yang paling sederhana. Tetapi dengan tersedianya listrik murah (dari Jatiluhur) maka usaha tersebut bisa lebih ditingkatkan lagi baik dalam kwantitas maupun kwalitasnya.

Daerah sebelah Selatan kota (Bogor) yang menjadi usaha pokok dari penduduk rata-rata adalah mengusahakan perkebunan buah-buahan ataupun sayur­-sayuran dan perdagangan lainnya. Ditambah lagi dengan keadaan iklim dan alam yang lebih baik dan indah, menyebabkan daerah ini banyak dikunjungi sebagai tempat-tempat tamasya dan rekreasi lainnya. Tidak sedikit penduduk daerah ini yang mendapatkan manfaatnya dengan adanya tempat-tempat piknik tersebut dimana usaha-usaha mereka bisa dilakukan dalam bidang jasa-jasa dsb., yang dalam keseluruhannya keuntungan bag kehidupan seluruh daerah tersebut.

Pada daerah-daerah sebelah Barat (Tangerang) kehidupan umumnya hampir sama dengan kehidupan sebelah Timurnya, hal ini dimana keadaan alamnyapun hampir bersamaan sifatnya.

Penduduk banyak yang disamping mengusahakan penghidupannya dari persawahan, juga dan pertanian lainnya seperti perikanan dan usaha-usaha dalam bahan-bahan bangunan.

Disamping bahan-bahan bangunan yang dibuat dari tanah liat juga banyak diusahakan bahan-bahan bangunan dari kali seperti pasir dan batu-batu kali, termasuk pula kayu.

Sudah tentu kalau kita melihat keseluruhan daerah-daerah tadi, akan memegang peranan yang penting sekali baik bagi perekonomian kehidupan penduduk daerah sendiri, ataupun bagi kehidupan Jakarta sebagai pusat dari keseluruhannya.

Kota Jakarta dalam segala seluk-beluk pembangunan­-pembangunannya akan mengambil keuntungan­keuntungan dari daerah-daerah ini, yakni bisa mudah mendapatkan bahan-bahan pembangunannya, juga dalam penyediaan bahan-bahan makanan bagi penduduk kotanya dapat dipenuhi pula dari daerah-daerah tersebut.

Sebaliknya bagi penduduk daerah-daerah tersebut mereka bisa hidup dari usaha mereka menjual bahan-bahan bangunan, ataupun bahan-bahan makanan yang banyak membantu dan dibutuhkan oleh kota Jakarta.

Maka dari itu dalam peneropongan masa depan Jakarta, kita harus pula meninjau beberapa kemungkinan-kemungkinan pembangunan di daerah-daerah ini.

Terutama dalam pembangunan industri-industri kecil/setempat (home industry) dalam rangka kemakmuran bersama dan pengurangan volume urbanisasi. jadi harus ada perencanaan dan pembangunan yang seimbang antara kota Jakarta dan region sekitarnya.

No comments:

Post a Comment