Soedarpo Sastrosatomo (lahir: Pangkalan Susu, Langkat, Sumatera Utara, 30 Juni 1920 wafat: Jakarta, 22 Oktober 2007). sumber:wikipedia |
Sadikin meminta nasihat pada orang-orang dari kalangan industri ini. Kami menjelaskan bahwa bongkar-muat kapal dan keagenan merupakan sumber devisa, karena keduanya dibayar sebagai bagian muatan, tetapi kita harus menyerahkan pendapatan itu kepada Lembaga Alat-alat Pembayaran Luar Negeri untuk ditukar dengan rupiah dengan kurs resmi yang rendah. Tidak ada jalan sebaliknya, sebab mereka tahu nilai pembayaran untuk bongkarmuat dan keagenan. Kita tak bisa membuat faktur palsu. Jadi di sini kita kehilangan banyak uang.
Saya katakan kepada Sadikin bahwa kalau ia ingin agar kami membeli kapal, ia harus memberikan kepada kami kebebasan untuk menggunakan devisa.
Sadikin bukannya pergi menemui Menteri Keuangan, tetapi Presiden, dan mengatakan, ’Bapak telah memerintahkan bahwa Bapak menginginkan adanya armada dagang. Kalau Bapak memberikan perintah ini, saya jamin kita akan punya armada dagang.’ Dan itulah yang terjadi. Ia mengumumkan Dekrit Pemerintah No. 5 Tahun 1964 yang menentukan bahwa semua kegiatan pelayaran harus dilaksanakan oleh perusahaan pelayaran: keagenan, bongkar-muat, dan pergudangan. Ia juga merasionalisasi jumlah perusahaan pelayaran dan menciptakan kantor pemesanan untuk menjamin faktor muatan bagi perusahaan-perusahaan pelayaran dalam perdagangan domestik maupun luar negeri.
Bersamaan dengan itu, ia memberlakukan peraturan agar setiap perusahaan pelayaran, domestik maupun luar negeri, memiliki surat izin bongkar-muat, dan inilah asal mula SKU yang ’tidak populer’ (surat izin muat— dibatalkan dengan Inpres No. 4/1985). Itulah asal-usul pemesanan muatan: semua muatan untuk proyek pemerintah harus diangkut di bawah bendera Indonesia, dan jika kapal berbendera asing mencoba mengangkut muatan demikian, kepadanya tidak akan diberikan SKU.
Dalam salah satu pidato saya untuk memperingati perusahaan kami, saya katakan bahwa Ali Sadikin adalah Bapak Armada Dagang Indonesia. Pernyataan saya ini tidak begitu diterima umum, tetapi itu benar.
Inilah satu-satunya keberhasilan Orde Lama.
sumber:
Thee Kian Wie, 2003. Recollections: The Indonesian Economy, 1950s – 1990s = Pelaku Berkisah : Ekonomi Indonesia 1950-an sampai 1990-an. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005. hlm. 149-150.
No comments:
Post a Comment