Tuesday, September 11, 2012

Gita Jaya 7 : Listrik


Sebagaimana diketahui pengembangan perlistrikan merupakan program nasional dan penanganannya menjadi wewenang Departemen PUTL. Pelaksanaan program kelistrikan pada daerah perkotaan, perlu dilakukan kerja sama dengan pemerintah setempat. Terutama sekali untuk program-program kelistrikan di Jakarta, kerjasama ini harus lebih baik lagi. Penyediaan fasilitas kota, khususnya kelistrikan tidak akan memenuhi sasarannya dengan hanya menaikkan penyediaan tenaga listriknya saja. Pendistribusian justru menempati peranan yang terpenting bagi pelayanan perlistrikan bagi penduduk kota; baik untuk konsumsi penerangan, perumahan maupun untuk industri.

Meskipun penyediaan tenaga listrik untuk kebutuhan Kota Jakarta selama Pelita I meningkat terus, namun ternyata penyebarannya belum dapat merata sepenuhnya: Masih banyak wilayah di dalam kota yang belum menikmati penerangan listrik. Akibatnya banyak pencurian-pencurian arus listrik, yang dapat menimbulkan banyak kerugian PLN. Tetapi yang lebih buruk lagi adalah timbulnya kerusakan pada peralatan karena beban yang melebihi batas kemampuan; juga dirasakan gangguan-gangguan lain seperti turunnya tekanan listrik (voltage) secara menyolok.

Pada saat permulaan masa jabatan saya hanya tercatat 100.000 langganan. Ini berarti pemerintah hanya dapat melayani 500.000 orang atau 12,5% dari penduduk Jakarta.(43) Tetapi tenaga listrik di Jakarta telah meningkat secara pesat dalam periode Rehabilitasi 3 tahun dan periode Pelita I. Apabila kita lihat angka jatah perkapita didasarkan pada beban puncak yang dicapai, terdapat kenaikan dari tahun 1963 sebesar 14 watt/kapita menjadi 16 Watt/kapita pada tahun 1966. Kenaikan ini sangat rendah dibandingkan dengan kenaikan jatah per kapita pada akhir Pelita I, yaitu tahun 1974, sebesar 130 Watt/kapita.(44). Jumlah jatah sedemiki9n untuk saat ini cukup menggembirakan, meskipun masih jauh dibawah normal per listrikan yang wajar pada kota-kota besar. Saya mentargetkan angka jatah per-kapita; sekedar untuk mendekati pembakuan sedang; sekitar 200 Watt/kapita.

Dalam Pelita I saya bentuk Team Perencanaan Perlistrikan dan Penyediaan Tanah Lokasi Gardu dan Jaringan Distribusi Listrik Proyek Perlistrikan.(45) Team ini terutama bertugas membantu PLN Distribusi IV untuk melaksanakan program pemerintah dalam pendistribusian tenaga listrik diseluruh wilayah DKI Jakarta. Mereka bertugas menyusun rencana secara matang dan terperinci untuk menentukan prioritas terhadap daerah-daerah dan jalur-jalur yang segera perlu mendapatkan aliran listrik. Penentuan itu sangat ditentukan oleh perkembangan kota secara keseluruhan. Bahkan ada kalanya apabila diperlukan prioritas aliran listrik dapat digunakan untuk mengarahkan perkembangan kota agar sesuai dengan Rencana Induk. Team tersebut juga bertugas menentukan lokasi-lokasi gardu traffo listrik sesuai dengan rencana jaringan distribusi listrik dan rencana lingkungan. Bangunan gardu listrik disesuaikan untuk ditempatkan pada lokasi-Iokasi yang tepat, sehingga tidak mengganggu suasana lingkungan. Bahkan dimaksudkan sebagai elemen estetis lingkungan dengan bentuk dan design yang baik. Dalam pelaksanaannya, saya banyak menghadapi hambatan-hambatan terutama pada masalah penyediaan tanah untuk lokasi gardu. Seringkali sangat saya perlukan kesediaan masyarakat untuk mengorbankan tanah mereka untuk lokasi gardu. Sebab adanya sarana ini juga menguntungkan masyarakat dalam lingkungan mereka sendiri.

Pada tingkat selanjutnya dilancarkan pula program Penerangan Jalan dan tempat-tempat Umum (46). Bekerja sama dengan PLN diusahakan untuk menambah kebutuhan penerangan jalan-jalan umum. Sebagai hasil pelaksanaan program Pelita I, telah terpasang Pembangkit listrik Tenaga Uap (PLTU) di Muara Karang, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Pulo Gadung dan PLTG di Tanjung Priok. Pada Tahun 1976 telah tersedia listrik sebesar 664.529.646 Watt di Jakarta, atau tepatnya 133 Watt/perkapita.

Disamping itu telah pula terlaksana penyempurnaan dan pembuatan jaringan-jaringan distribusi baru dan terbangunnya gardu listrik pada 602 lokasi yang saya sediakan. Penyempurnaan jaringan distribusi listrik ini juga diikuti dengan perubahan tegangan dari 110 Volt ke 220 Volt, yang pelaksanaannya dilakukan bertahap.

Tahun 1966/1977 Pemerintah Pusat menyediakan biaya sebesar lebih kurang Rp. 12 Milyard untuk kegiatan Proyek Pembangkit Tenaga Listrik Jakarta. Program ini akan melaksanakan pembangunan gardu listrik sebanyak 270 buah traffo, 4 buah gardu penghubung, 128 Km jaringan tegangan rendah dan pemasangan 250 Km jaringan tegangan tinggi. Dalam Pelita II dilaksanakan peningkatan persediaan daya listrik dalam rencana pembangunan pembangkit listrik PLTU di Muara Karang, PLTG di Tanjung Priok dengan kapasitas 2 x 20 MW, dan PLTG di Pulo Gadung sebesar 4 x 20 MW. Program ini dilengkapi pula dengan perluasan jaringan transmisi sebesar 150 KV antara gardu-gardu induk dari 150 KV / 70. KV.

(43) Jakarta, Kantor Sensus dan Statistik, Jakarta Dalam Angka 1968, Jakarta 1969 Hal. 75.

(44) Publikasi tenaga Usaha ketenagaan, Perusahaan Umum Listrik Negara, 05-ER-75: Lampiran 1.

(45) Keputusan Gubernur tanggal 20 Pebruari 1971 No. Da.11/6/10/1971 tentang, Pembentukan Pem. Perencanaan Perlistrikan dan Penyediaan Tanah Lokasi Gardu/Jaring-jaring distribusi DKI Jakarta.

(46) Keputusan Gubernur tanggal 27 Juli 1973 No. D.IV-a.6/4/60/1973 tentang Pungutan untuk Pembiayaim Perluasan Pembangunan Penerangan Jalan di Tempat-tempat Umum dalam Wilayah DKI Jakarta.

sumber:
Ali Sadikin. "Pengembangan Fisik Kota" dalam Gita jaya : catatan gubernur kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1966-1977. Jakarta : Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1977.)

No comments:

Post a Comment