Wednesday, September 5, 2012

Pidato Pelantikan Mayjen KKO Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI Jakarta


Saudara-saudara sekalian, beberapa saat yang lalu, Alhamdullillah Saudara Mayjen KKO Ali Sadikin telah mengucapkan sumpah menjadi gubernur/kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Raya, menjadi gubernur Jakarta.

Wah, itu bukan satu pekerjaan yang mudah. Dalam hal mengangkat walikota-walikota daripada beberapa kota, saya sering mengalami kekecewaan. Sesudah saja angkat yang tadinya saya kira dan saya anggap walikota itu dapat menjalankan tugasnya sebagai walikota dengan cara yang baik, kiranya tidak memuaskan.

Misalnya, saya pernah mengangkat seorang walikota yang dia dulu sebelum saya jadikan walikota, wah, seorang pamongpraja yang gemilang, yang baik sekali, seorang bupati yang sebagai bupati, boleh dikatakan jempol sekali. Diusulkan kepada saya supaya orang ini saya angkat menjadi walikota daripada sesuatu kota. Saya angkat. Kemudian sesudah beberapa bulan dia menjalankan pekerjaan sebagai walikota, ternyata amat atau setidak-tidaknya, mengecewakan. Oleh karena menjadi walikota itu lain, Saudara-saudara, dengan sekadar memamongprajai penduduk daripada kota itu.

Walikota daripada sesuatu kota harus memenuhi beberapa syarat teknis yang amat sulit. Harus mengetahui hal, misalnya, city-planning [1], harus mengetahui hal accijnering, [2] harus mengetahui hal persoalan-persoalan lalu-lintas; harus mengetahui hal architectuur, [3] harus mengetahui hal hygiene, [4] harus mengetahui hal sampah; harus mengetahui hal selokan; harus mengetahui hal pertanaman; etc., etc...

La, ini walikota yang saya angkat, yang saya ambil sebagai contoh tadi itu, yaitu sebagai pamongpraja bukan main bagus sekali. Tetapi sebagai walikota dia gagal. Sebab dia itu tidak tahu menahu tentang city planningCity Planning yaitu mana tempat industri, mana tempat kediaman, mana tempat pasar, mana tempat etc., etc. .. Tidak tahu tentang urusan accijnering, tidak tahu tentang urusan selokan-selokan, tidak tahu tentang hal verkeersproblem, [5] tidak tahu tentang hal hygiene. Jadi dia gagal sebagai walikota.

Saya ganti. Barangkali ini baik saya ambil dari militer. Kiranya si militer itu pun gagal. Hij snapt er geen lor van. [6] Sebagai walikota lo. Sebagai militer dia orang yang gemilang, tetapi untuk menjadi walikota hij snapt er geen lor van.

Nah, mengenai Jakarta ini bukan saja ibukota daripada Republik Indonesia. Ibukota yang-- saya lo yang menetapkan beberapa tahun yang lalu, bukan saja itu ucapan saya ini-- satu kota yang penduduknya 4 juta. Sama Hong kong barangkali, total jendral, penduduknya masih banyak Jakarta.

Jakarta ini adalah satu political centre. [7] Jakarta ini adalah communication centre. [8] Jakarta ini adalah membawa problem-problem yang hebat sekali. Problem-problem yang saya sebutkan tadi itu. Mana selokan, mana sampah mana city planning, mana lalu-lintas, etc., etc., etc. Saya cari-cari orang, cari-cari orang.

Ali Sadikin saat dilantik Presiden Soekarno (Foto: Arsip Nasional)

Nah, sekarang saya punya pilihan jatuh kepada Mayjen KKO Ali Sadikin. Dus Ali Sadikin, als ja maar et wet, [9] engkau menghadapi banyak kesulitan. Apalagi, nah apalagi lo, Jakarta ini sebagai ibukota republik menduduki satu tempat yang istimewa di kalbu saya. Saya amat, kata orang Jawa, kikrik. Bahasa Indonesianya kikrik itu apa? Cermat atau ... ya, cermat. Saya amat kikrik, saya tidak bisa melihat sampah. Saya tidak bisa melihat ada selokan yang buntu.

Terus terang saja, kemarin dulu saya panggil dua orang dari kotapraja. Saya tidak sebut namanya. Dan saya donder, [10] oleh karena saya melihat beberapa tempat jalan-jalan Jakarta ini pada waktu hujan tergenang air, di jalan itu hampir setinggi lutut. Lantas saya donder apa yang dulu pernah saya donderkan setahun lebih yang lalu. Kalau sedang hujan, pejabat kota lo ini, kalau sedang hujan jangan tinggal di rumah, keluarlah. Lihat, mana jalan-jalan airnya tidak bisa mengalir. Mana jalan-jalan airnya tergenang. Sepertinya lo ini, bagaimana kita bisa melihat rumah bocor atapnya at au tidak, kalau tidak pada waktu hujan kita masuk rumah itu, lantas memperhatikan mana yang bocor. Jangan kita mencari bocor itu kalau hujan sudah terang. Pada waktu hujan, kita masuk rumah itu, lantas kita melihat. O itu bocor, o situ bocor, o situ bocor, o di situ atapnya harus kita perbaiki. Lantas saya bilang sama Saudara-saudara yang saya donder itu, keluarlah kalau pada waktu hujan, melihat jalan yang tergenang airnya, dan sebagai pemecahan soal sementara, saya bilang sudet. Sudet itu apa? Ini jalannya, ini sisi jalan, ini sisi jalan, ini sisi jalan, situ tanah rendah, situ tanah rendah, Ia dari jalan ini bikinlah sudetan. Prayogi, dulu juga sudah pernah saya anjurkan kepadamu, bahkan donderkan kepadamu, perkara ini. Sudet, sudet, desnoods [11] dengan pacul buat sementara, supaya sang air itu keluar dari jalan pergi ke tempat yang rendahan. Sebab mana kala air yang tergenang, kulit aspal itu lantas terbongkar, lantas rusak itu jalan.

Sampah memang masalah yang sulit diatasi sehingga Presiden Soekarno dan Walikota Sudiro ikut melakukan kerja bakti memerangi sampah didaerah Senen dan Manggarai pada tanggal 19 Agustus 1957.
Sumber: Karya jaya, p.120

Saya ulangi, saya kikrik, saya tidak bisa melihat barang-barang begitu. Tidak bisa melihat sampah. Perkara sampah Saudara-saudara, tatkala saya tadi menyebut sampah Saudara-saudara sendiri ketawa. Nah, saya tidak berkata, ini soal mudah; tidak. Tetapi adalah salah satu tugas daripada pemerintah kota untuk membuat kotanya itu bersih daripada sampah. Nah, orang yang bisa mengerti demikian ini harus orang yang dijadikan walikota. Jangan orang yang cuma mengerti hal bestuursvoering [12] dijadikan walikota.
Bang Ali menyapu sampah yang berserak di salah satu gedung milik DKI Jakarta.
Sumber: IPPHOS

Demikianlah Saudara-saudara, maka saya harap kepada gubernur baru Mayjen KKO Ali Sadikin, supaya menanggulangi persoalan-persoalan ini dengan sebaik-baiknya. Apa sebab saya pilih seorang dari Angkatan Laut? Angkatan Laut, KKO. Oleh karena Jakarta ini adalah kota pelabuhan.

Jakarta ini lain daripada Kota Bandung, lain daripada Kota Sala, Jakarta ini kota pelabuhan. Sebaiknya saya jadikan gubernur daripada Jakarta satu orang yang tahu urusan laut, tahu urusan pelabuhan

Dan Jakarta ini Saudara-saudara, adalah pusat daripada pemerintahan. Di sini terkumpul semua diplomaten. Duta-duta besar, duta-duta charge d'affaires-charge d'affaires. Saya minta supaya gubernur kota bisa menghadapi, bahkan meladeni, diplomatic corps di sini. Saya cari-cari orang; wah, baiknya ini Ali Sadikin. Apalagi Ali Sadikin mempunyai istri yang rupanya bisa meladeni, menghadapi diplomatic corps. Karena itu salah satu sebab pemilihanku kepada Pelaut Ali Sadikin ialah, ini lah. engkau harus bisa meladeni diplomatic corps dengan bantuan istrimu yang aku yakin pandai juga meladeni diplomatic corps.

Pendek kata segala faktor, faktor, faktor sudah saya kumpulkan di dalam saya punya mind, [13] sebelum saya menentukan siapa dijadikan gubernur Jakarta Raya ini. Orang yang mengerti sampah, orang yang mau mengerti selokan, orang yang mau dander perkara verkeersproblem.

Ada, ada yang ditakuti dari Ali Sadikin. Apa itu? Ali Sadikin itu orang yang keras. Orangnya keras, dalam bahasa Belandanya malah ada yang berkata, dia koppige vent, koppig. [14] Saya kira dalam hal mengurus hal kota Jakarta Raya ini baik juga een beetje koppigheid. Baik juga. Apalagi ndoro den ayu ndoro den ayu sudah tahu, tidak boleh membuang sampah semau-maunya di muka rumah di pinggir jalan, tapi ndoro den ayu ndoro den ayu toh menaruhkan sampahnya di pinggir jalan. Nah, itu perlu dihadapi oleh orang yang sedikir keras, yang sedikit koppig.

Pendek kata saya harap daripada Mayjen KKO Ali Sadikin, engkau masih tetap lo Mayjen KKO Ali Sadikin, Mayjen KKO. Saya berkata engkau, oleh karena engkau adalah kawanku, engkau bisa menanggulangi segala problem daripada kota besar Jakarta Raya ini.

Sekarang ini misalnya, ya, ada saja orang-orang yang tidak mau mengerti, bahwa kota besar Jakarta ini harus mempunyai physical face [15] yang waardig [16] bagi bangsa kita yang 105 juta besarnya ini. Tidak mau mengerti lo, kenapa kok Jalan Thamrin itu harus begitu. Tidak mau mengerti kenapa ini Jalan Sudirman akan diubah bentuknya, tidak mau mengerti ada Masjid Istiqlal nanti kok sehebat itu, tidak mau mengerti kok Lapangan Merdeka dijadikan satu lapangan yang hebat, yang terbesar di seluruh dunia dengan di tengah-tengahnya diadakan Tugu Nasional. Ada orang-orang yang tidak mengerti hal itu. Malahan ada orang-orang yang berkata lebih baik uang buat Tugu ini, yang notabene dari rakyat, dipakai untuk irigasi. La Jatiluhur itu apa? La Karangkates itu apa, La Waduk Cacaban itu apa? Itu adalah usaha daripada pemerintah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kaum tani.

Lha iya, tetapi masih tetap itu fakta, uang yang dipakai oleh Tugu Nasional itu, meskipun bukan uang dari budget pemerintah, tetapi uang dari rakyat, lebih baik dipakai untuk kepentingan tani, kepentingan pangan.

Kepada seluruh rakyat Indonesia, bahkan kepada seluruh dunia saya berkata, saya ini kecuali harus memikirkan pangan rakyat, harus juga membentuk negara, membentuk bangsa, baik fisik maupun mental.

Pak Leimena, benar apa tidak, misalnya di dalam kitab Injil ada tertulis, ya engkau juga Frans Seda, de mens leeft niet van brood allen. [17]
De mens left niet van brood alleen, manusia tidak hidup dari makan tok. Tulis, wartawan, manusia tidak hidup dari panganan tok! Dari makanan tok! Agama Islam juga sering menyebut perkataan "tamadun", Pak Mul, "tamadun". Apa tamadun itu soal pangan tok! Tidak.

Saya sebagai orang yang ditugaskan, dan memang saya punya isi jiwa dari muda mula, dari muda mula ingin membangun, membentuk bangsa ini bersama-sama, ingin menjadi nation builder. [18]

Soeharto dan Liem Sioe Loing (Sudono Salim)
Saya tidak ingin membentuk bangsa Indonesia yang cuma memikirkan isi perut tok! De mensleeft nietvan brood allen. Een volk leeft niet vanbroodallen. [19] Een natie leeft niet van brood allen. Saja tidak mau membentuk bangsa yang dipikir itu cuma makanan, pangan, pangan saja. Saya akan bekerja mati-matian untuk memberi cukup pangan kepada bangsa Indonesia, bersama-sama dengan semua pimpinan-pimpinan dan pembantu-pembantu saya. Saya kerja mati-matian untuk memberi kepada bangsa Indonesia sandang yang secukupnya. Tetapi di samping itu juga satu bangsa yang leeft niet van brood allen, yang mempunyai harga diri, yang mempunyai isi mental yang tinggi, yang mempunyai national pride [20] yang tinggi.

Cobalah, coba-coba, coba! Saya ini juga sebagai manusia, sebagai pemimpin mempunyai juga permohonan kepada Allah SWT, kalau saya nanti mati, moga-mogalah bangsa Indonesia ini mempunyai sesuatu hal, salah satu, yang bisa memenuhi national pride. Saya tidak ingin nanti jikalau saya mati lantas rakyat Indonesia itu mempunyai kenang-kenangan, ingatan, wah waktu Bung Karno kami cukup makan. Waktu Bung Karno itu dulu kami cukup makan. Apa manusia itu cuma makan saja! Saya ingin jikalau aku mati nanti meninggalkan tanah air Indonesia ini ada juga hal yang oleh bangsa Indonesia itu bisa dibanggakan. Ya, kita ini bangsa yang besar; ya, kita ini mempunjai kebanggaan ini, kebanggaan itu.
Keterangan:
[1] Presiden Soekarno tiba di bandara Karachi, Pakistan. Didampingi oleh Presiden Pakistan, Iskander Ali Mirza, Soekarno tampak sedang memberi hormat, diapit oleh bendera Indonesia dan bendera Pakistan (25 Januari 1958).[2] Presiden Sukarno menjadi tamu kehormatan Kaisar Jepang, Hirohito, dan pangeran Akihito. Bung Karno dijamu makan siang di istana kekaisaran Jepang di Tokyo (3 Pebruari 1958).[3] Presiden Soekarno dan Presiden AS, Kennedy, duduk bersama di dalam mobil terbuka, sedang melewati pasukan kehormatan di pangkalan Angkatan Udara AS, MD. Bung Karno datang ke AS dalam rangka pembicaraan masalah insiden Kuba (24 April 1961);[4] Presiden Soekarno sedang bercakap-cakap dengan Presiden Kuba, Osvaldo Dorticos Torrado (kiri), dan Perdana Menteri Kuba, Fidel Castro (kanan) di Havana, Kuba (9 Mei 1960);[5] Didampingi oleh wakil presiden AS, Richard Nixon, Bung Karno disambut penuh oleh pasukan AS dengan 21 kali tembakan kehormatan. Bung Karno tiba di Washington dalam rangka kunjungan selama 18 hari di AS atas undangan Presiden AS, David Dwight Eisenhower (16 Mei 1956).[6] Gambar Perangko Negara tetangga yang ada gambar Soekarno;[7] Menjadi cover majalah TIMES tahun 1946;[8] Presiden Soekarno berdiri berdampingan dengan 4 pemimpin negara Non Blok setelah mereka selesai mengadakan pertemuan. Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Kwame Nkrumah (Presiden Ghana), Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir), Bung Karno, dan Tito (Presiden Yugoslavia). Kelima pemimpin negara non blok ini mengadakan pertemuan yang menghasilkan seruan kepada Presiden AS, Eisenhower (Presiden AS) dan Perdana Menteri “Uni Soviet”/Rusia, Nikita Khruschev, agar mereka melakukan perundingan diplomasi kembali (29 September 1960).;[9] Presiden Soekarno bersama Perdana Menteri Perancis, Pompidou (1965).
sumber: markasdaun

Engkau Ali Sadikin, sebagai gubernur daripada Daerah Istimewa Jakarta ini, daerah khusus, jangan lupa hal itu. Ingatlah bahwa Jakarta adalah ibukota kita. Ibukota Republik Indonesia. Buatlah Jakarta ini kebanggaan daripada seluruh rakyat Indonesia, dan bukan saja kebanggaan daripada seluruh rakyat Indonesia,  tetapi kekaguman daripada seluruh umat manusia di dunia ini.

Jangan nanti ada orang asing menulis, daar tussen Azie en Australie, tussen de Pacific en de lndonesische Oceaan leeft een volk dot allen denkt aan eten. [21] Kita mendoa agar supaya nanti orang asing menulis, daar tussen Azie en Australie, tussen de Pacific en de Indonesische Oceaan, leeft een volk, een natie met een hoge mentaliteit a is natie. Een natie die heeft dingen om er trots op te zijn. [22]

Makanan itu, Ali Sadikin, ini hari engkau bisa kenyang, besok engkau bisa lapar. Makanan perutmu itu tidak engkau bawa ke alam baka. Tetapi ada hal-hal lain yang akan kau bawa ke alam baka, yaitu ingatan, national pride, barang-barang yang abadi. Sebagaimana telah dikatakan oleh pemimpin-pemimpin besar daripada negara-negara yang lain. Hal-hal yang abadi, yang bisa disaksikan oleh the next generation, [23] oleh anak-anakmu, oleh cucu-cucumu, oleh bangsa Indonesia nanti di tahun 2500, dan moga-moga di tahun 3000, ini bukti bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, ini bukti bahwa bangsa Indonesia mempunyai tanda-tanda hidup yang mengagumkan.

Sebagai Fir'aun, saya tidak sehaluan dengan Fir'aun. Fir'aun berkata tatkala membuat piramida, de sterren zullen over tien duizend jaar nog getuigen van onze grootheid. [24] Saya tidak  membenarkan alam pikiran Fir'aun yang agamanya salah; tidak. Tetapi dia punya ucapan, de sterren zullen over tien duizend jaar nog getuigen van onze grootheid.

Saya menghendaki juga, agar supaya bintang-bintang di langit seribu tahun lagi, dua ribu tahun lagi, lima ribu tahun lagi, sepuluh ribu tahun lagi masih menyaksikan, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Jangan pun seribu tahun lagi, hari besok, urusan isi perut itu bisa hilang. Tapi aku ulangi, salah satu kewajiban kita ialah, memikirkan dan memenuhi kebutuhan perut ini. Dan saya tadi telah berkata, Insya Allah / I am giving my all, segala tenaga dan minat yang ada pada diriku ini aku berikan untuk memberi kepada bangsa Indonesia cukup sandang, cukup pangan. Tetapi di samping itu aku ingin jikalau diridhoi oleh Allah SWT, dan aku yakin akan ridho Allah, akan memberi kepada bangsa Indonesia hal-hal yang masih nanti disaksikan oleh bintang-bintang di langit seribu tahun lagi, dua ribu tahun lagi, jikalau mungkin sepuluh ribu tahun lagi.

Cita-citaku yang mengenai kota Jakarta sekarang, akan saya supplant kepadamu, supplant sebagian daripada aku punya kalbu ini seperti saya iris, saya masukkan di dalam kalbumu, Ali Sadikin. Itu bukan pekerjaan yang gampang; memenuhi cita-cita, cita-cita yang besar, bukan pekerjaan yang gampang. Tetapi Insya Allah, doe je best, [25] agar supaya engkau dalam engkau memegang ke-gubernur-an Jakarta Raya ini benar-benar juga sekian tahun lagi masih orang mengingat, dit heeft Ali Sadikin gedaan, inilah perbuatan Ali Sadikin.

Bismilllah, mulailah engkau punya pekerjaan.

Bang Ali menandatangani SK pengangkatan Gubernur.


Jakarta, 28 April 1966

Soekarno


* Pidato Presiden Sukarno pada Pelantikan Mayor Jenderal KKO Ali Sadikin sebagai Gubernur/Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya, 28 April 1966. Transkrip pidato ini ditulis lagi dalam EYD.


1] perencanaan kota
2] yang berkaitan dengan cukai
3] arsitektur
4] ilmu kesehatan
5] masalah lalu lintas
6] Dia sama sekali tidak mengerti
7] pusat politik
8] pusat komunikasi
9] asalkan tahu saja
10] maki-maki
11] kalau perlu
12] pelaksanaan pemerintahan
13] pikiran; jiwa
14] orang keras kepala itu, keras kepala
15] wajah yang sehat
16] dihargai
17] orang tidak hanya hidup dari roti
18] pembina bangsa
19] sesuatu bangsa tidak hanya hidup dari roti
20] kebanggaan bangsa
21] di sana, antara Asia dan Australia, antara lautan Teduh dan Samudra Indonesia hidup suatu bangsa yang hanya memikirkan makanan saja
22] di sana, antara Asia dan Australia, antara Lautan Teduh dan Samudra Indonesia hidup suatu bangsa, suatu bangsa dengan mentalitas yang tinggi sebagai bangsa. Suatu bangsa yang mempunyai hal-hal yang dapat dibanggakan
23] generasi yang akan datang
24] bintang-bintang akan masih menjadi saksi dari kebesaran kita sepuluh ribu tahun lagi
25] berusahalah sebaik-baiknya
26] inilah perbuatan Ali Sadikin

No comments:

Post a Comment